Social Recruitment – Menyontek Strategi Marketing Demi Menggaet dan Menjamin Supply Kandidat Berkualitas

Jakarta, 2 Mei 2017 – Sebagai perekrut modern, mencari kandidat melalui media sosial bukanlah hal yang asing. Di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. “Tantangannya tidak semata mencari, namun juga mendapatkan kandidat yang berkualitas. Bagaimana pemanfaatan media sosial yang efektif guna menjamin supply kandidat berkualitas?” ujar Feon Ang, Vice President, Talent and Learning Solutions, APAC, LinkedIn

 

Pemanfaatan sosial media dalam proses perekrutan atau biasa disebut dengan social recruitment telah menjadi hal yang lumrah di berbagai negara maju seperti Amerika Serikat, Australia, dan Singapura, sedangkan untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia, praktik ini dan di Indonesia tengah menikmati perkembangannya.

 

Perkembangan ini mendorong adanya perubahan paradigma dari peran perekrut di perusahaan. Hasil penelitian LinkedIn* baru-baru ini mengungkap bahwa keberhasilan perekrut dinilai dari tingkat kualitas kandidat yang dipikat serta tingkat kepuasan dari manajer perekrutan.

 

Laporan penelitian yang dilakukan LinkedIn terhadap koresponden di berbagai negara di Asia Tenggara dan Hong Kong menemukan dampak negatif yang dirasakan oleh perekrut ketika tidak memanfaatkan social recruitment: 51% koresponden mengatakan bahwa mereka membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengisi suatu posisi ketika tidak memanfaatkan teknik ini, sedangkan 38% koresponden mengatakan bahwa sulit untuk mendapatkan kandidat yang berkualitas.

 

Perkembangan tren social recruitment ini bukan tanpa sebab. Lanjut Feon, “Para petinggi dan ahli HR dari perusahaan lokal serta perusahaan internasional di Asia Pasifik mengaku kepada saya bahwa mendapatkan dan memastikan supply kandidat berkualitas merupakan hal yang menantang – kini semua berlomba-lomba menjemput bola, mendapatkan kandidat berkualitas terbaik di pasar.”

 

Perlombaan ini memicu perekrut modern berusaha lebih keras, dan media sosial menjadi salah satu kanal yang dimanfaatkan perekrut untuk berinteraksi langsung dengan kandidat berkualitas. Begitu banyaknya saingan di dalam kanal ini mengharuskan perekrut untuk menjadi lebih kreatif dan efektif untuk dapat memenangkan lomba.

 

Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah “menyontek” strategi branding di media sosial yang sering diterapkan oleh pemasar. Strategi ini membantu perekrut dalam memasarkan perusahaan dan lowongan yang mereka tawarkan.

 

Jelas Feon, “Membangun branding pada dasarnya mengomunikasikan nilai dan budaya perusahaan, serta kesempatan karier sehingga mampu menonjol dibanding pesaing lainnya. Perlu digaris bawahi bahwa employer branding tidak hanya sekedar memiliki akun sosial media dan aktif di kanal tersebut, melainkan perubahan pola pikir untuk mampu membangun interaksi yang efektif dengan kandidat di dunia digital.”

 

Employer branding sebagai modal utama dalam melakukan social recruitment dapat diperkuat berbagai konten yang informatif terkait nilai perusahaan dan kesempatan karier, konten yang mendorong keterlibatan dengan audiens, dan konten yang berasal dari karyawan perusahaan sendiri: seperti pengalaman positif bekerja di perusahaan tersebut. Hal-hal ini bisa memperkuat nilai jual lowongan, karena sebenarnya kandidat ingin mendengar testimoni atau cerita yang otentik dari karyawan yang telah bekerja di sana, dan mengetahui kesempatan yang kesempatan karier yang bisa diraih.

 

“Kami menemukan bahwa employer branding yang kuat menjadi kunci sukses social recruitment. Hal ini penting diperhatikan jika ingin memastikan supply kandidat-kandidat berkualitas,” ungkap Feon.

 

Tutup Feon, “Khususnya bagi perusahaan lokal, social recruitment memberikan memberikan kesempatan bagi mereka untuk bersaing dengan perusahaan multinasional dalam mendapatkan kandidat terbaik – mereka memanfaatkan kanal sosial yang sama dan jaringan profesional yang sama. Kondisi ini sepatutnya dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh perusahaan nasional untuk bisa tampil unggul di atas persaingan dalam mendapatkan kandidat berkualitas terbaik.”

 

Berikut 3 tips untuk social recruitment yang efektif:

  1. Engage: Bangun keterlibatan audiens melalui konten yang relevan dan mendorong audiens untuk memberikan umpan balik. Keterlibatan yang otentik dapat memperkuat employer branding.
  2. Content:Hindari cara berjualan dalam menyampaikan konten. Namun bagikan informasi yang audiens Anda butuhkan. Dengan membagikan konten yang bernilai, Anda akan membangun membangun kepercayaan audiens mereka dan memperbesar kemungkinan perusahaan Anda menjadi top-of-mind dalam benak audiens.
  3. Promote, promote, promote!Gunakanlah cara pandang pemasar dalam employer branding. Sampaikan pesan melalui media yang tepat dan kenali benar-benar karakter audiens Anda agar dapat berkomunikasi secara efektif.

 

*Tentang Penelitian LinkedIn “Sebuah Panduan Praktis untuk Social Recruiting”

Survei online LinkedIn yang diterbitkan tahun 2017 ini dilakukan pada bulan Desember 2016 pada lebih dari 500 perekrut di Australia, Selandia Baru, India, Hong Kong dan Asia Tenggara. Responden diacak dengan tidak ada batasan jumlah pada gender atau latar belakang ras.