Oracle Menjabarkan Pentingnya Penyelerasan dengan Strategi Bisnis dan Manajemen Cloud dalam Memilih Infrastruktur Cloud

3 Agustus 2017 – Berdasarkan riset dari Gartner, layanan komputasi cloud diharapkan meningkat tiga kali lipat dari USD 23.3 miliar di tahun 2016 menjadi USD 68.4 miliar di tahun 2020, sehingga menjadikan cloud infrastruktur adalah area pertumbuhan yang baru. Riset dari Oracle mengungkapkan hal yang serupa, di mana sebagian dari perusahaan di Asia Pasifik setuju bahwa infrastruktur cloud mempengaruhi bisnis mereka dalam tiga tahun ke depan. Namun, banyak yang belum benar-benar menentukan strategi cloud mereka, terutama mengenai bagaiamana menjalankannya.

 

Setiap perusahaan itu unik dan memiliki beban kerja yang berbeda. Karena itulah tiap perusahaan membutuhkan infrastruktur yang berbeda, tergantung dari strategi perusahaan itu sendiri,” kata Chin Ying Loong, Vice President, Oracle Fusion Middleware, ASEAN dan SAGE. “Ada perusahaan yang membutuhkan software-as-a-service atau SaaS untuk sistem CRM atau HR mereka, ada juga yang membangun model bisnisnya dengan mengembangkan aplikasi di platform-as-a-service atau infrastructure-as-service.

 

Chin Ying Loong melanjutkan, di dalam perusahaan, fokus tiap bagian pun bisa berbeda-beda.

Di bagian bisnis, yaitu divisi Penjualan, Layanan, Pemasaran, HR, dan Keuangan, fokusnya ada pada kecepatan, pelanggan, dan pengalaman pengguna. Untuk bagian IT, ada kriteria tambahan sekitar integrasi, performa sistem, reliabilitas, dan keamanan. Ditambah lagi, ada kebutuhan untuk model bisnis yang bisa dirombak, seperti komputasi, jaringan, storage, risk modelling, riset dan pengembangan, atau big data crunching. Sebagian besar perusahaan ingin lebih dari sekadar mengakses manfaat ekonomis dengan menjalankan pusat data sendiri. Pada dasarnya, mereka ingin memodernisasi, ingin mengambil kesempatan untuk bertransformasi dan berinovasi.

 

Untuk memudahkan pelanggannya dalam menentukan infrastruktur cloud, Oracle menjabarkan 10 hal yang harus menjadi bahan pertimbangan, antara lain:

 

Penyelarasan yang strategis – Pastikan tujuan perusahaan untuk memanfaatkan cloud itu sejalan dengan strategi dan visi bisnis.

Pola pikir – Pemimpin perusahaan perlu mengubah pola pikir dirinya, dan seluruh pihak terkait, bahwa transformasi digital menjadi suatu pola pikir yang baru.

Bersiaplah untuk berubah – Beberapa perusahaan mungkin tidak bisa memindahkan beban kerja perusahaan ke cloud publik karena kendala keamanan data, compliance, atau latency. Beban kerja ini bisa tetap dijalankan secara on premise melalui solusi cloud yang bisa menawarkan biaya serta fleksibilitas yang sama dengan cloud publik. Perusahaan lain mungkin memilih untuk menggunakan cloud hibrida untuk pengembangan, lalu menguji validasi bisnis dengan menggunakan cloud publik atau privat.

Temukan mitra yang tepat – Perusahaan membutuhkan solusi cloud untuk menjalankan beban perusahaan, dan mendapatkan nilai ekonomis dari cloud, selagi mempertimbangkan keamanan data.

Fitur keamanan dan governance harus diutamakan – Pembicaraaan mengenai cloud harus dimulai dari dua hal ini, bukannya setelah arsitekturnya ditentukan.

Manajemen itu penting – Perusahaan perlu memiliki visibilitas ke dalam cloud di infrastruktur, agar bisa memastikan solusi tersebut memberikan nilai.

Cloud dan bisnis bergerak beriringan – Cloud harus berpusat pada kepentingan perusahaan, dan memiliki fleksibilitas untuk berubah. Cloud tersebut harus bisa berubah-ubah dari on premise ke cloud, atau gabungan keduanya.

Sudah siap untuk menjadi canggih? – Salah satu manfaat utama cloud adalah kapasitas untuk menambahkan fitur dan kemampuan baru dalam hitungan minggu atau bulan.

Transparansi – Perusahaan perlu mengetahui bagaimana risiko mitigasi ke cloud dan apakah akan mengalamai kerugian dari sisi finansial ataupun kinerja.

Governance ada di tangan pelanggan – Perusahaan perlu mengetahui kapan perlu melakukan audit dan ulasan.