Mendapatkan “Social License to Operate”
Indira Abidin
Membuka gerai waralaba baru di sebuah daerah tidaklah mudah. Sering sekali kita dengar berbagai kendala yang dihadapi dari penolakan masyarakat, demo pelaku usaha sejenis yang lebih kecil, sampai pembuatan izin yang dipersulit.
Inilah pentingnya Social License to Operate. Sebuah usaha tidak hanya penting untuk mendapatkan izin usaha secara resmi, tapi juga secara sosial. Penting sekali membangun dukungan dari seluruh pihak di daerah tersebut sebelum usaha tersebut dibuka. Apabila kita tidak mampu mendapatkan izin usaha resmi tentu kita akan ditutup karena dianggap tidak legal. Kalau kita tidak berupaya mendapatkan dukungan sosial, kita pun akan mengalami ancaman ditutup karena usaha kita dianggap “tidak diinginkan” di sebuah daerah. Jadi kita bisa lihat, mendapatkan izin sosial sama penting dengan mendapatkan izin formal.
Ada beberapa kiat yang lazim digunakan berbagai jenis usaha untuk mendapatkan Social License to Operate, antara lain:
1. Social mapping/pemetaan sosial
Sebelum masuk ke dalam sebuah daerah, dan sebelum memulai operasi, lakukan pemetaan sosial. Hal-hal yang harus dipetakan antara lain:
– Pengambil keputusan: mencakup pejabat-pejabat resmi, pihak yang berwenang, dan mereka yang memiliki otoritas di wilayah tersebut
– Pembangun opini: siapa saja yang menjadi panutan dan didengar suaranya oleh masyarakat. Bisa mencakup tokoh yang dituakan, sesepuh adat, tokoh masyarakat, pimpinan organisasi massa setempat, pimpinan NGO dan tokoh pemuda.
– Media yang berpengaruh dan kebiasaan masyarakat mengkonsumsi media
– Karakteristik masyarakat dan konsumen, topik-topik perbincangan dari topik hangat sampai topik sensitif, apa saja kebutuhan mereka, potensi yang belum tergali, tingkat kesejahteraan, dan lain-lain
– Pasar dan kompetitor: siapa saja pemain-pemain industri sejenis yang penting di wilayah tersebut, siapa kompetitor kita, siapa yang bisa diajak bermitra dan siapa yang berpotensi menghadang. Identifikasi vendor-vendor dan sumber daya lokal yang dapat kita gunakan
– Persepsi, ekspektasi dan harapan masyarakat setempat terhadap apa yang kita tawarkan. Apakah mereka memang menunggu-nunggu, sudah bosan, atau antipasti terhadap apa yang kita bawa.
2. Susun strategi dan lakukan pendekatan formal dan non formal.
Bermodalkan “peta sosial” akan mudah bagi kita untuk mengatur strategi pendekatan formal dan non formal. Kita dapat menyusun rencana jangka pendek, menengah dan panjang, mengenai perkembangan kita di wilayah tersebut, dan dukungan masyarakat terhadap usaha kita. Tetapkan target yang realistis sesuai dengan kebutuhan kita dan kondisi setempat. Tahap ini mencakup:
– Menentukan bagaimana posisi kita di wilayah baru ini. Siapa kita, apa kontribusi kita, apa yang dapat kita berikan dan tidak dapat diberikan orang lain dan untuk siapa saja kita akan bermanfaat, digemari bahkan dicari-cari.
– Menentukan isyu yang akan kita kelola di tempat tersebut: apa saja peranan kita untuk berkontribusi pada wilayah tersebut, bagaimana kita dapat memenuhi kebutuhan tersebut, kenapa mereka perlu mendukung kita, dan lain sebagainya. – Melakukan pendekatan formal dan informal. Banyaklah berkonsultasi, merangkul dan membangun posisi tawar yang baik dengan para tokoh yang menjadi prioritas berdasarkan hasil analisa pemetaan sosial di atas. Pastikan mereka sepakat bahwa keberadaan kita penting di sana, kontribusi kita positif dan memang dibutuhkan. Bangunlah persepsi ini dengan baik melalui pendekatan pada tokoh formal dan informal, termasuk otoritas setempat, tokoh masyarakat, editor, wartawan, dan para pembangun opini. Jadikan mereka teman dan sahabat.
Seperti kata seorang pegawai humas di sebuah kantor cabang,”Banyak yang merasa harus KKN, bayar sana bayar sini untuk mendapat dukungan. Bagi saya yang peting persahabatan. Dari persahabatan ini posisi tawar kita baik dan mereka mau melakukan yang kita butuhkan dari mereka tanpa bayaran.”
– Merangkul para pemain industri yang berpotensi menjadi mitra yang saling menguntungkan. Jaga agar tidak ada yang bisa menjegal kita karena “merasa terganggu” atau “terancam” dengan kehadiran kita.
3. Bangun kebersamaan dan rasa memiliki
Pada saat pembukaan ajaklah mereka semua untuk hadir dan merasa turut memiliki. Berikan contoh sukses yang telah kita lakukan di daerah-daerah lain. Selama usaha berlangsung banyaklah berkonsultasi dan
4. Komunikasi yang berkesinambungan
Pendekatan dan komunikasi yang regular harus terus dilakukan.
– Laporkan perkembangan kontribusi yang kita lakukan, kemajuan kesejahteraan pekerja dan keluarganya, komunitas, dan berbagai kontribusi kita pada wilayah tersebut.
– Perkuat terus persepsi bahwa kita memang dibutuhkan dan bermanfaat bagi daerah tersebut.
– Buktikan bahwa kita dicintai oleh masyarakat dan konsumen setempat.
– Kunjungilah berbagai tokoh-tokoh penting di atas secara berkala, terus perkuat persahabatan dengan mereka
– Jadikan wartawan lokal sahabat kita. Bantu mereka dengan memberikan berita-berita yang menarik mengenai usaha kita – Jadikan diri kita sumber informasi yang bermanfaat bagi banyak pihak
– Berdayakan usaha-usaha lokal untuk dapat menjadi pendukung usaha kita secara kreatif. Ciptakan loyalitas dan dukungan luas dengan jaringan saling menguntungkan.
5. Bangun kontribusi
Lakukan pembangunan wilayah (Community Development) dan CSR (Corporate Social Responsibility) melalui berbagai kegiatan sosial dan pemberdayaan yang berarti bagi warga secara berkesinambungan dan berkelanjutan sehingga dapat terukur. Fikirkan hal-hal kreatif agar pembangunan wilayah dan CSR ini benar-benar terintegrasi dan mendukung upaya kita menciptakan usaha yang produktif, menguntungkan, efisien. Jangan lupa:
– Analisa apakah kegiatan-kegiatan tersebut dapat benar-benar bermanfaat dan membangun penghargaan bagi usaha kita. Lakukan perbaikan dari setiap tahap agar makin banyak manfaat yang dihasilkan.
– Komunikasikan hasil perkembangan yang berhasil kita ukur
– Dokumentasikan dan komunikasikan semua kesan, pesan dan penghargaan yang masuk
6. Monitor dan evaluasi secara berkala.
– Ukur keberhasilan dan berbagai tantangan yang muncul seiring dengan waktu.
– Bandingkan dengan target yang telah kita tetapkan sebelumnya. Apakah ada strategi yang kurang tepat? Apakah kita terlalu percaya diri dan tidak memperhitungkan beberapa aspek penting sehingga
– Lakukan penyesuaian strategi secara berkelanjutan agar kita dapat secara signifikan mencapai target kita di wilayah tersebut
Hal-hal di atas adalah hal-hal umum yang dapat dipakai untuk mendapatkan Social License to Operate. Setiap jenis usaha dan daerah tentu membutuhkan strategi yang unik dan berbeda. Maka, kenalilah usaha anda, daerah yang akan dimasuki dan bagaimana secara signifikan ktia dapat membangun dan berkontribusi pada daerah tersebut, yang pada gilirannya akan menghasilkan Social License to Operate dan secara berkesinambungkan menciptakan Social Capital atau modal sosial yang penting dalam keberhasilan dan pengembangan usaha.
Ilustrasi : http://dcra.dc.gov/book/just-starting-your-business