FPR in the NEWS
Wanita Indonesia / January 30, 2011
Indira Abidin: Menari di Lantai Kreativitas
Download the news here: Indira_AbidinMenari_di_Lantai_Kreativitas.pdf
Duduk di sudut sebuah kafe di plasa senayan sembari menunggu klien untuk rapat kerja berikutnya, Indira Abidin sibuk dengan laptop membereskan beberapa urusan disana.
Tugas utama sebagai seorang managing director dan PR consultant di Fortune Indonesia membuat ibu satu anak ini sangat sibuk. Apalagi dengan tambahan jadwal sebagai dosen dan pembicara diberbagai pelatihan bisnis. Karena sudah menjadi pilihan hidupnya, ia menikmati betul profesi itu. Ia bagaikan penari yang menari-nari di lantai di lantai krativitas, demi memuaskan kliennya dan berkontribusi ditengah masyarakat dengan karya-karyanya.
Target pribadi dalam bekerja
Indira berusia 41 tahun seperti perusahaannya yang tahun ini berusia 40 tahun. Inidira baru saja merasakan memulai kehidupan, meremajakan semangat, sehingga lebih baik dan lebih muda. Semangatnya itu ia gunakan untuk mentenagai kepemimpinannya untuk memajukan para stafnya.
Di fortune Indonesia keberadaan divisinya – public relation (pr)- dibangun untuk kemudian bersinergi dengan divisi periklanan. “Klien tidak Cuma butuh advertising. Mereka butuh reputasi, kepercayaan masyarakat. Itu tidak bisa advertising itu tugas PR. Apalagi ketika krisis tahun 1998, Fortune Grup harus memiliki Fortune PR, spesialisasi PR, maka berkembanglah. Advertising dan PR sudah menjadi satu kesatuan bersinergi menjadi suatu poros”, tutur Indira mengenai posisi perannya.
Indira merancang target pribadi dalam bekerja. “Menjadikan perusahaan bisa meningkatkan kesejahteraan bangsa”. Luar biasa ia memberikan pemaknaan pada pekerjaannya. Menurutnya prospek indutri periklanan itu sangat tinggi. Untuk mengikuti jejak Indira di dunianya mesti belajar kreatif, melatih kewirausahaan, dan menjaga perilaku. “karena sepintar apapun kalau perilaku tidak oke bisa menghambat sukses” katanya.
Satu lagi pesannya buat yang masih sekolah atau kuliah. “Dikampus ikuti organisasi apapun, jangan Cuma belajar. Ibu saya mengajari saya untuk ikut aktif mengikuti organisasi mahasiswa. Sehingga begitu bergabung, sebagai PR tidak kaget lagi, sudah bisa kerja macam-macam dibawah bimbingan pimpinan..” Kenang Indira.
Menurutnya, bekerja bekerja diperusahaan manapun, kuncinya adalah professional. “Kalau ada orang mendapat kesempatan, mendapat fasilitas, tapi berlaku tidak profesionalsayang sekali jadinya ia nggak belajar apa-apa, nggak belajar banyak ” kata Indira, benar. Berbicaralah melalui reputasi karena reputasi tidak akan pernah menipu.
Gairah membantu orang
Sebelumnya indira tidak pernah bekerja di PR. Dia dulu lulusan Fakultas Ekonomi Unoversitas Indonesia, kemudian bekerja di bank. “Tapi, saya kok nggak happy” kata Indira. Tahun 1997, Indira menuntut ilmu ke AS, sebuah proses menemukan apa sebetulnya yang ia mau. Kembali dari sana ia teriam tawaran dari Fortune Indonesia. Ternyata klik dengan apa yang ia cari.
“Saya merasa sudah menemukan yang pas. Dan saya ma uterus belajar untuk mengenali dunia ini dengan lebih baik”.
Memasuki dunia Fortune, gairahnya berlompatan. Bertambah yakinlah ia dengan pilihan hidupnya. Bersama tim Indira melakukan berbagai kampanye, membantu anak-anak sekolah, bekerja sama dengan Bank Dunia dan Departemen Pendidikan Nasional.
Ia menangis mengetahui, ternyata banyak anak di negeri ini tidak bisa sekolah. Dan ini mendorongnya untuk belajar banyak. Ia belajar mengenai pendidikan public. Ia juga melakukan kampanye mengenai program kesejahteraan masyarakat. Indira focus pada pembangunan di Negara berkembang. Dengan pekerjaannya itu, menggandeng perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan jasanya, Indira menyentuh banyak hati yang membutuhkan banyak bantuan.
Kelas 6 SD, Berangkat Sendiri Ke Inggris
Indira ditempa orang tuanya sejak kecil. Ketika masa sekolah. Memasuki musim liburan, Indira mengisi waktu dengan menjadi penjaga took buku, dan tukang kliping di sebuah penerbitan. Bahkan ketika kelas 6 SD, ketika liburan sekolah, oleh orang tuanya, ia dikirim sendirian ke inggris untuk belajar bahasa inggris.
“saya berangkat sendiri, belajar multicultural”, kenangnya.
Di sana, ia bosan belajar di level kelas 6, kemudian pindah ke kelas level usia 16 tahun. “Karena di rumah, saya sudah diajari kata per kata (bahasa inggris), lalu kemudian dilanjutkan di sekolah”.
Sejak kecil, Indira juga sudah terpapar pembicaraan PR dan advertising di meja makan, sehingga dunia itu buatnya seperti sudah mengelupas di luar kepala. Karier yang ia tekuni sekarang, berada di wilayah yang sama yang ditekuni Ibu-Bapaknya. Sepertinya, ia meneruskan warisan keilmuwan dan memodifikasinya sesuai zaman generasinya.
Di Masa Depan orang Peduli pada Tanggung Jawab Sosial
Indira menikah dengan seorang pengacara. Ia bercerita, anaknya ketika tes bakat melalui sidik jari, tak jauh dari bidang-bidang yang digelutinya dan suaminya.
“Bakatnya antara PR dan pengacara”, Kata Indira. Anak semata wayangnya itu adalah hadiah dari Tuhan yang sekian thun ia rindukan. Sekian tahun penuh ujian kesabaran, bolak-balik dari dokter ke dokter, mengikuti macam-macam program supaya cepat hamil.
“Saya berusaha bersyukur sehingga selalu happy. Suaty hari, saya lagi liburan, tidak meniatkan hal itu (untuk hamil), nggak usaha justru jadi, Alhamdulillah,” cerita Indira.
Rupanya ia hanya butuh berserah dirim dan bila waktunya tiba, Tuhan mengabulkan harapannya. Kakeknya dulu bekerja di UNICEF. Darinya, Indira mendapat semangat bagaimana membuat brand yang dijualnya selalu segar, selalu menarik, tidak pernah tua.
Di masa depan, orang peduli pada moral, tanggung jawab social, berkontribusi pada masyarakat, bagaimana menciptakan brand yang bertanggung jawab, peduli benar dan membawa manfaat pada orang.
Menciptakan nilai-nil;ai lebih baik, membuat yang tidak pintar jadi pintar. Menanamkan nilai-nilai bagaimana menjadi orang tua yang baik, menanamkan etos kerja, disiplin.
“ini semua bisa membawa kekayaan tinggi sekali pada brand. Retail mengikuti. Semua itu adalah jawaban atas pertanyaan kreatif itu harus bagaimana”, kata Indira.