Living is Giving

Suatu malam ada seorang laki-laki melangkah gontai memasuki sebuah restoran. Ia bingung, karena uang nya habis. Ia baru saja memulai bisnis dan bisnisnya gagal, dan ia merasa hancur. Di dalam restoran ia termangu, bingung, uang nya belum tentu cukup untuk makan. Di tengah kebingungannya ia melihat seorang anak laki-laki masuk menuntun seorang ibu, dan membukakan pintu baginya. Anak ini melayani ibu tersebut dengan sangat baik, sangat perhatian, dengan penuh cinta.
Laki-laki tersentuh melihat betapa perhatiannya anak ini. Ia menghampiri anak ini, dan berkata, “Halo, nak. Kamu benar-benar menyentuh hatiku. Apa yang kamu lakukan benar-benar cool.”
Anak ini menjawab, “Oh, itu ibuku.”
“Wah, benar-benar lebih cool, seorang anak seusia kamu memperlakukan ibu kamu seperti itu. Kamu harus traktir ibu kamu makan siang,” jawab laki-laki itu.
“Saya kan baru 9 tahun, saya tidak bekerja, tidak punya uang,” kata anak tersebut.
Laki-laki itu mengambil uang dalam kantongnya, dan berkata, “Sekarang kamu punya uang.”
“Aku tidak bisa terima ini, ini bukan uangku,” kata anak ini.
“Pasti bisa,” jawab laki-laki itu sambil pergi meninggalkan anak itu dalam kegembiraan.
Laki-laki itu pulang ke apartment dalam kondisi tak punya uang sama sekali. Ia tak punya uang bahkan untuk makan keesokan harinya. Tapi ia tak takut. Ia benar-benar gembira membayangkan anak laki-laki itu mentraktir ibunya. Ia pun mulai berfikir apa yang bisa dilakukan agar ia bisa bertahan hidup. Tak ada sesal sama sekali.
Baginya pengalaman itu sungguh sangat powerful. Ia merasa terbebas dari rasa kekurangan. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya ia benar-benar merasa berkelebihan, tanpa harus punya uang.
Keesokan harinya, saat ia masih berfikir, apa yang harus dilakukannya untuk bisa dapat uang, tiba-tiba seseorang yang berhutang padanya menghubunginya, mengirimkan cek sebesar $1,200 yang dipinjamnya dan lebih besar lagi, karena ia menyesal akan keterlambatannya mengembalikan uang itu.
Laki-laki itu terhenyak, dan menangis. Uang yang diterimanya jauh melebihi kebutuhannya saat itu. Dan ia pun merenung. Rupanya saat kita bisa terbebas dari rasa keterbatasan, rasa tidak punya, dan membangun rasa berkecukupan, kita akan benar-benar diberkahi dengan kecukupan,batinnya dalam hati.
Laki-laki ini adalah Tony Robbins. Kini ia memberi makan bagi 150 juta orang per tahun dan merencanakan untuk memberi makan bagi 500 juta orang di masa mendatang. Ia menjadi mentor bagi milyarder-milyarder kelas dunia, bahkan juga presiden Amerika. Ia belajar dari klien-kliennya dan banyak milyarder lain. Ilmunya dibagikan pada publik melalui berbagai seminar, tulisan, buku dan video.
Tony berkata, “Justru di saat tidak ada uang sama sekali kita harus memberi. Pikirkan bagaimana kita memberi, dan bebaskan diri dari perasaan kekurangan dan keterbatasan. Maka hidup akan langsung menjadikan kita manusia yang berkecukupan.”
Masih ingat, bahwa Allah tidak menciptakan kemiskinan, dan hanya menciptakan kekayaan dan kecukupan?
Jadi, dalam skala 1-10, di mana 1 merasa sangat terbatas dan tak punya, serta 10 merasa berkecukupan, kita ada di angka berapa?
Apa yang harus dilakukan untuk bisa ada di angka 10, dan merasa benar-benar berkecukupan?
Kenapa hal itu penting?
Sumber:
Indira Abidin
http://www.kompasiana.com/indiraabidin/living-is-giving_583e9b49347b614208870445