SCG Umumkan Hasil Kinerja Tahun 2017, Terus Beradaptasi pada Perubahan Pasar serta Meningkatkan Bisnis Pelayanan untuk Menjangkau Kebutuhan Pelanggan di Era Digital

Bangkok, 26 Januari 2018 — Hasil Kinerja SCG pada 2017 cukup memuaskan. Hal ini berkat strategi perusahaan yang mampu dengan sigap beradaptasi pada perubahan pasar dan kebutuhan konsumen sejalan dengan persiapan perusahaan untuk terus mengembangkan bisnis layanannya. Walaupun ada risiko seperti biaya bahan baku dan energi, menguatnya mata uang Baht, dan persaingan regional yang datang di tahun ini, perusahaan memfokuskan diri pada strategi kolaborasi bersama perusahaan digital untuk memperlengkapi karyawan agar mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan, serta perluasan layanan dan bisnis logistik, dimana hal tersebut akan membantu SCG agar tetap kompetitif. Sementara itu, investasinya di ASEAN berjalan sesuai rencana.

 

Roongrote Rangsiyopash, Presiden dan CEO SCG, memaparkan hasil kinerja yang belum diaudit (unaudited) tahun 2017, dengan Pendapatan Penjualan meningkat 6% y-o-y menjadi Rp 176.650 miliar (US$ 13.286 juta) yang disebabkan oleh harga bahan kimia yang lebih tinggi, sementara laba per periode mencapai Rp 21,563 Miliar (US$ 1.622 juta), turun 2% y-o-y, yang terutama disebabkan oleh persaingan ketat pada bisnis Bahan Bangunan-Semen.

 

Secara triwulanan, Pendapatan Penjualan SCG pada Q4/2017 meningkat 14% y-o-y menjadi Rp 46.223 miliar (US$ 3.442 juta), terutama karena harga bahan kimia yang lebih tinggi dan sedikit meningkat 1% q-o-q. Laba per periode mencapai Rp 5.122 miliar (US$ 381 juta), meningkat sebesar 1% y-o-y dan 6% q-o-q.

 

SCG di ASEAN (kecuali Thailand)

Di ASEAN (kecuali Thailand), Pendapatan Penjualan Q4/2017 tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 17% y-o-y, sebesar Rp 11.271 miliar (US$ 839 juta), dimana sebesar 24% merupakan total pendapatan penjualan SCG. Pendapatan dari penjualan pada tahun 2017 tercatat tumbuh 9% y-o-y, sebesar Rp 41.760 miliar (US$ 3.141 juta).

 

Per 31 Desember 2017, total aset SCG adalah sebesar Rp 236.644 miliar (US$ 17.558 juta), sedangkan total aset SCG di ASEAN (kecuali Thailand) adalah Rp 57.701 miliar (US$ 4.281 juta), yaitu 24 % dari total aset SCG yang terkonsolidasi.

 

 

 

SCG di Indonesia

Di pasar Indonesia, Pendapatan Penjualan SCG pada Q4/2017 mencapai Rp 3.039 miliar (US$ 226 Juta), yang mencakup penjualan di Indonesia dan impor dari operasi Thailand. Ini merupakan peningkatan 14% y-o-y terutama dari bahan kimia dan bisnis kemasan SCG. Sedangkan, pendapatan penjualan pada 2017 tercatat Rp 11.159 miliar (US$ 839 juta).

 

Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi di tahun 2017 sebesar 5,05%. Permintaan semen meningkat karena percepatan beberapa proyek strategis infrastruktur nasional. Hal ini menguntungkan bagi pertumbuhan bisnis bahan bangunan SCG di Indonesia dimana SCG menawarkan berbagai macam produk berbasis semen seperti beton siap pakai, pipa beton & beton pracetak (pre-cast), dan bata ringan.

 

Pergerakan terbaru di Indonesia, Jayamix by SCG sebagai top-of-mind brand penyedia beton siap pakai terbesar di Indonesia yang telah berpengalaman menghasilkan produk ini lebih dari 45 tahun mengadakan forum “Readymix Concretalk 2017” di Jakarta dan Surabaya. Pada diskusi panel ini, Jayamix by SCG bersama dengan para ahli eksternal memamerkan penerapan beton dengan performa tinggi (High Performance Concrete) yang dapat memberi manfaat lebih baik bagi pelanggan dan mampu memenuhi kebutuhan konstruksi bangunan yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan komitmen SCG untuk selalu melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka menawarkan produk yang inovatif serta memiliki nilai tambah yang tinggi kepada pelanggan.

 

Roongrote menambahkan, “Hasil Kinerja SCG 2017 dianggap memuaskan, meskipun menghadapi berbagai persaingan yang meningkat baik di dalam negeri maupun di beberapa wilayah, meningkatnya biaya bahan baku serta menguatnya mata uang Baht yang mempengaruhi bisnis. Berkat kenaikan harga bahan kimia, kemampuan perusahaan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dalam beberapa aspek, dan perluasan bisnis layanan dan solusi – seperti logistik yang melayani kebutuhan pelanggan dengan teliti dan tepat waktu – SCG telah berhasil mempertahankan standar operasi bisnisnya, dan di saat yang bersamaan juga melayani pelanggan dengan lebih efisien. Namun, tahun 2018 diprediksi menghadirkan berbagai risiko seperti meningkatnya biaya bahan baku untuk bahan kimia dan kemasan, biaya energi yang lebih tinggi, penguatan mata uang Baht, serta persaingan yang ketat di kawasan ini terutama untuk industri semen. Untuk mengurangi dan mempersiapkan diri terhadap berbagai risiko tersebut, SCG akan terus mengembangkan bisnis layanan dan solusinya, serta memanfaatkan teknologi otomasi dan robotika untuk memaksimalkan efisiensi bisnis. Selain itu, perusahaan telah membentuk Program Keahlian Ulang (Reskill Training Program) untuk mengembangkan kembali kemampuan karyawan sehingga mereka dapat menavigasi perubahan dan melayani kebutuhan pelanggan serta mengembangkan bisnis dengan standar internasional di masa depan.”

 

SCG juga telah berinvestasi di berbagai perusahaan startup yang berfokus pada bisnis digital dan logistik untuk memungkinkan pelanggan dapat memiliki akses pada truk pengiriman SCG Logistics melalui platform digital yang dapat juga menghadirkan layanan yang lebih mudah dan lebih cepat. Saat ini, ada lebih dari 7.000 truk di seluruh wilayah ASEAN.

 

Selain itu, SCG juga terus fokus dalam merespon kebutuhan konsumen melalui produk dan layanan High Value Added (HVA). Pada tahun lalu, perusahaan telah menginvestasikan lebih dari Rp 1.637 miliar (US$ 123 juta) dalam penelitian dan inovasi, mencakup sekitar 0,9% dari total pendapatan penjualan. Penjualan produk HVA pada 2017 mencapai Rp 68.769 miliar (US$ 5.172 juta), sekitar 39% dari total pendapatan penjualan.

 

Sementara itu, kolaborasi dengan startup digital berjalan dengan baik, dengan lebih dari 40 proyek yang sedang berjalan dengan potensi komersialisasi masing-masing. Perusahaan juga melihat peluang bisnis untuk terhubung dengan jaringan startup di Amerika Serikat, Israel, dan China.

 

Bisnis semen dan bangunan di ASEAN berkembang seperti yang direncanakan, dengan meningkatnya permintaan di pasar regional. Saat ini SCG mengoperasikan pabrik semen di enam negara, dengan total kapasitas produksi 33,6 juta ton per tahun, termasuk operasi di Thailand.

 

“SCG juga telah mengakuisisi 68,3% saham di Interpress Printers, produsen kemasan makanan cepat saji terkemuka di Malaysia dengan pangsa pasar RM104,5 juta atau sekitar 836 juta Baht. Akuisisi ini akan menguntungkan bagi SCG untuk pengembangan kemasan makanan cepat saji dalam memenuhi permintaan konsumen yang berkembang pesat di ASEAN,” kata Roongrote.