Hidup Harus Seimbang, Antara Working Life dan Social Life

Samuel Shekhar Sucipto – Business Unit Director Navya

Gaya hidup yang seimbang antara pekerjaan dan kehidupan sosial menjadi prinsip penting dalam hidup Samuel Shekhar. Baginya, sebagai pekerja kreatif, kehidupan sosial sangat membantu menumbuhkan ide dan gagasan baru juga belajar banyak hal yang sedang menjadi trend. Come early go home early, hal tersebut sedang ia terapkan di Navya agar keseimbangan tersebut dapat tercapai tentunya dengan manajemen waktu yang baik sebagai kuncinya. Di tengah kesibukannya di kantor, ayah dari dua anak ini memiliki hobi dan kecintaan terhadap kopi lokal dan aktif tergabung di beberapa komunitas. Berikut cuplikan kisahnya :

Bisa diceritakan perjalanan karir Anda di industri periklanan?

Awal karir saya di periklanan bermula dari media. Dulu saya menjadi junior AE di majalah Popular. Nah, dari situ kemudian saya mulai berpindah karir ke beberapa agency, mulai dari agency lokal Socrates, Avicom, Ogilvy, Publicis, Hotline, DDB, J&K, N3O, lalu ke Grey sebagai Account Director. Di Grey itu lah pertama kali saya menggeluti digital advertising karena sebelum-sebelumnya saya fokus handle Above The Line campaign (ATL) saja. Di Grey ini saya mendapat tantangan untuk menjalankan dua kaki; ATL dan digital. Saya masuk di divisi digital mereka yaitu York, dan saat itu kantornya di Singapore. Jadi kita meeting hanya melalui video conference dan setiap 2 bulan sekali kita ketemu entah saya yg ke Singapore atau sebaliknya. Dari situ saya mulai tertarik dengan digital advertising karena digital ini juga lagi seksi banget kan. Setelah cukup lama di Grey saya beralih ke Narrada sebagai Group Account Director. Di Narrada saya full digital dan semakin mendalami digital advertising. Di Narrada saya diberi kepercayaan me-lead semua tim, jadi semua unit bisnis yang ada di Narrada under my supervision. Setelah itu saya memutuskan bergabung ke Fortune Indonesia dan join di Navya.

Kenapa tertarik untuk bergabung di Fortune?

Fortune Indonesia adalah salah satu local agency yang sudah berkiprah puluhan tahun dan masih bertahan di Indonesia. Di era globalisasi seperti sekarang ini menurut saya kita sebagai orang-orang Indonesia harus mulai berani untuk stand up dan terus berkembang serta harus memikirkan apa yang bisa kita berikan untuk perkembangan Indonesia. Di sinilah saya ingin berkarya, di Navya saya harus menjalankan peran saya untuk membantu tim, dan saya mempunyai mimpi besar untuk membawa Navya sejajar dengan multinational digital agency sehingga teman-teman punya kebanggaan tergabung di Navya. Dan saya ingin agency lokal ini jangan sampai hilang karena bisa menjadi wadah untuk anak-anak Indonesia berkarya dan bersaing dengan negara-negara lain. Selain local agency, Fortune is integrated. Ada PR, ATL, Activation, juga media jadi additional services yang bisa kita tawarkan ke klien. Jika semua divisi di Fortune bisa bersinergi its gonna be great dan its gonna be unstoppable. Menurut saya hampir enggak ada ya local agency yang benar-benar integrated seperti Fortune.

Apa yang akhirnya membuat Anda lebih tertarik untuk mendalami digital advertising?

Digital advertising berkembang sangat dinamis dan saya suka tantangan di dalamnya. Kalau dilihat trend-nya, consumer journey saat ini sudah beralih ke digital. Sekarang mereka kalau butuh sesuatu yang mereka lakukan adalah googling, mereka mencari informasi di internet, apa yang sedang trending di media sosial juga sangat mempengaruhi perilaku mereka. Berbeda dengan ATL, digital campaign menawarkan two way communication antara brand dan konsumen. Mereka jadi bisa lebih engage, bisa berinteraksi, bisa tanya jawab, sampai pada akhirnya mereka memutuskan untuk membeli barang tersebut. The beauty of digital is semua orang sudah bisa mengakses dengan mudah, sekarang apapun semua sudah digitalize. So, kalau kita di industri komunikasi tidak ke arah sana, yaa tinggal hidup atau mati saja.

Visi dan misi apa yang ingin Anda capai bersama tim Navya?
Dalam jangka pendek, saya ingin Navya berada di posisi nomer 2 digital agency di Indonesia. Long term inginnya Navya itu bisa jadi nomer 1, se-level dengan multinational agency.

Budaya kerja yang Anda terapkan di Navya?

Saya termasuk morning person dan saya enggak suka dengan lembur. Buat saya come early go home early, hal tersebut yang ingin saya terapkan di sini. Saya percaya kalau kita datang lebih awal dan bisa mengatur waktu dengan baik, kita bisa pulang lebih cepat. Setidaknya bisa pulang lebih awal dibanding temen-temen agency yang lain. Kenapa itu penting? Life should be balance antara work life dan social life. Apalagi kita bekerja di industri kreatif yang butuh banyak Ide dan enggak cuma bisa kita dapat dari kantor aja. Kalau kita cuma menghabiskan waktu di kantor aja yaa bisa dibilang idenya akan disitu-situ saja. Selain itu, karena di Navya mayoritas adalah generasi millenials, saya harus sedikit agak strict ya. Karena kadang millenials masih kurang percaya dengan sistem dan kadang suka berjalan dengan aturannya sendiri. Sedangkan di dunia kerja kesadaran tentang tanggung jawab dan kewajiban harus betul-betul tertanam. Nah, di Navya sekarang hal tersebut mulai pelan-pelan diterapkan. Perubahan memang gak bisa serta merta ya semua butuh proses, dan saya percaya dengan proses. Dengan anggota tim yang mayoritas adalah warga baru, bisa dibilang ini fresh out program. Kita bareng-bareng mulai susun ulang semuanya, beberapa kali memang mix & match dan suka trial error, tapi kita terus berusaha untuk membangun team work yang kuat.

Bagaimana Anda melihat perkembangan digital advertising saat ini?

Perkembangan digital saat ini gila sih, selama 6 tahun bergelut di bidang digital sampai sekarang, perkembangannya makin pesat, banyak platform-platform baru yang sekarang bisa dijadikan vehilcle in term of digital communication. Tantangannya adalah kalau dulu kita cukup dengan impression, sekarang ini kita harus bisa membangun engagement. Jadi content creation itu satu hal yang harus dimiliki temen-temen yang bergerak di digital, so its all about content, dan contentnya harus engaging juga, jadi gimana kita bisa buat konsumen untuk lebih engage dengan brand.

Kemudian strategi apa yg Anda kembangkan di Fortune untuk mengatasi tantangan tersebut?

Strateginya kita harus terus update dan terus belajar. Walaupun saya sudah 6 tahun mnggeluti industri ini, sampai sekarang saya masih terus belajar karena perkembangan dunia digital itu gila banget, setiap menit, setiap detik ada hal-hal baru dan trend baru. Kita harus terus membuat sesuatu yang baru, kita harus breaktrough lagi dan harus terus update dan terus belajar dan hal tersebut enggak akan kita dapet kalau kita hanya bergaul di kantor terus. Terkadang untuk membangun budaya balancing of life, saya suka muter ke tim jam setengah 7 malam, tanya ke mereka kenapa kok belum pulang? sekarang lagi ngerjain apa? Kenapa belum selesai? I always endorse them everyday. Biar bisa menjadi habit di mereka untuk bisa menyelesaikan tugasnya tepat waktu. Dan tujuannya saya ingin temen-temen punya kehidupan yang seimbang antara pekerjaan dan kehidupan mereka, agar mereka bisa sparkes the more ideas dan keep on learning everyday.

Mimpi yg ingin Anda raih bersama tim di tahun 2018?
Saya ingin Navya memenangkan award di tahun 2018. Hal itu sedang kami pikirkan dan kita set sebagai goal. Ya, it’s not a dream but it’s our goal. Untuk kita yang bekerja di creative industry, being recognized is a good thing. Bukan untuk sombong-sombongan, tapi brand juga pasti akan melihat prestasi kita tersebut. Award adalah ajang pembuktian kalau kita bisa.

Hobi dan kesibukan Anda di luar pekerjaan? 

I’m a coffee addict. Saya sudah menjadi penggila kopi sejak hampir 4 tahunan. Dulu masih Starbucks, karena cuma itu aja ya adanya. Tapi begitu sudah mulai banyak local coffee shop, jadi mulai banyak referensinya. Saya suka jalan-jalan, explore coffe shop terutama local coffee shop. Biasanya kalau keluar kota sama istri dan anak-anak selalu cari hotel yang dekat dengan coffee shop, kebetulan saya dan istri sama-sama penggila kopi. Saking addict-nya dengan kopi, pernah waktu itu saya melakukan perjalanan dadakan dengan teman kantor yang  sesama penggila kopi juga. Kita pergi ke Ternate setelah pulang kantor di hari jumat. Berawal dari ngobrol-ngobrol santai jam 4 sore, kemudian iseng lihat tiket pesawat dan langsung booking penerbangan jam 8 malam. Dengan perlengkapan yang seadanya dan baju hanya yang nempel di badan, kita berangkat. Jadi beres-beres ganti baju dan belanja perlengkapan setelah kita sampai di Ternate. Saya penasaran banget dengan Green beans nya Ternate, karena gak semua orang punya kesempatan untuk merasakan langsung di sana. Saya sampai beli 5 kg waktu itu. Saya juga tergabung di beberapa komunitas. Saya dan temen-temen punya klub mobil namanya Honda Freed Owners Society dan klub vape. Biasanya selalu ketemu temen-temen komunitas seminggu sekali setiap hari jumat di McD ITC senayan. Dengan teman-teman vapers juga masih suka ketemu untuk ngobrol bareng.

Aktivitas favorit bersama keluarga? Dan bagaimana Anda membagi waktunya?

Aktivitas favorit saya bersama keluarga adalah ngopi. Kebetulan kedua anak saya laki-laki, dan saya orang jawa. Kita punya kepercayaan kalau anak dari bayi dikasih kopi satu sendok teh, saat dia terserang demam tinggi tidak akan terkena step. Dan secara ilmiah memang benar, karena adik saya dokter. Jadi dua anak saya sedari kecil mulai saya kasih kopi tapi tidak yang strong sekuat ibu dan bapaknya. Biasanya saat weekend saya selalu menyempatkan waktu dengan keluarga kita jalan-jalan ke coffee shop, hunting tempat-tempat minum kopi baik di dalam maupun luar kota. Kalau lagi enggak sempet ke tempat yang jauh kita di Jakarta aja, karena coffee shop di Jakarta sendiri sudah mulai banyak ya.

Goals pribadi Anda di tahun 2018?

Saya ingin bisa lebih sehat dan lebih disiplin dengan olahraga. Dulu saya rajin olahraga seminggu bisa 4 kali. Karena sempat mengalami cedera di bagian tendon jadi masih dalam tahap recovery. Padahal pengen banget bisa mulai lari lagi karena jadi salah satu olahraga favorit saya.